Selasa, 09 Desember 2014

Metabolit Sekunder Tanaman Kitolod (Laurentia longiflora)


Metabolit Sekunder Tanaman Kitolod (Laurentia longiflora)
1.      Klasifikasi Tanaman Kitolod (Laurentia longiflora)
Divisi               : Magnoliophyta
Kelas               : Magnoliopsida
Sub Kelas        : Asteridae      
Ordo                : Campanulales



                                              
Famili              : Campanu laceae
Genus              : Laurentia
Spesies            : Laurentia longiflora (L). Peterm.

2.      Morfologi Tanaman Kitolod (Laurentia longiflora)
Tanaman kitolod berasal dari Hindia Barat, tanaman ini tumbuh liar di pinggir saluran air atau sungai, pematang sawah, sekitar pagar dan tempat-tempat lainnya yang lembab dan terbuka. Kitolod dapat ditemukan dari dataran rendah sampai 1.100 m di atas permukaan laut. Kitolod cocok untuk tumbuh di daerah dataran tinggi yang dingin meskipun sebenarnya dapat tumbuh di dataran rendah. Kitolod yang ditanam pada dataran rendah memberikan hasil yang kurang sempurna, yaitu daun tidak setebal di dataran tinggi dan daunnya tumpul (Ali, 2003).
Tumbuhan ini merupakan terna tegak, seringkali mulai bercabang pada pangkal batang, tinggi mencapai 60 cm, bercabang dari pangkalnya, bergetah putih yang rasanya tajam dan mengandung racun. Daun tunggal, duduk, bentuknya lanset, permukaan kasar, ujung runcing, pangkal menyempit, tepi melekuk ke dalam, bergigi sampai melekuk menyirip. Panjang daun 5-17 cm, lebar 2-3 cm, warnanya hijau. Bunganya tegak, tunggal, keluar dari ketiak daun, bertangkai panjang, mahkota berbentuk bintang berwarna putih. Buahnya berupa buah kotak berbentuk lonceng, merunduk, merekah menjadi dua ruang, berbiji banyak. Perbanyakannya dengan biji, stek batang atau anakan.



3.      Metabolit Sekunder pada Tanaman Kitolod (Laurentia longiflora)
Tanaman Kitolod mengandung senyawa biokimia yang bermanfaat bagi kesehatan mata, namun tanaman kitolod juga mengeluarkan getah yang beracun. Sehingga pengolahan daun kitolod terbatas pada beberapa lembar saja dalam satu kali penggunaan.
Daun kitolod sendiri mengandung beberapa senyawa biokimia berupa alkaloid, saponin, flavonoid, dan poliferol. Senyawa-senyawa tersebut memiliki manfaat tersendiri bagi mata. Menurut Heyne:1988, senyawa alkaloid, saponin, flavonoid, dan polifenol dapat disebut dengan seyawa bioaktif. Yaitu senyawa yang mengandung zat bioaktif, yaitu zat yang termasuk metabolit sekunder yang bersifat aktif secara biologis. Aktifitasnya antara lain sebagai antiseptik, yaitu suatu zat yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroba seperti bakteri, khamir, dan kapang yang dapat digunakan untuk industri pangan dan farmasi.
Zat biokimia yang pertama adalah alkaloid. Alkaloid adalah senyawa yang paling banyak ditemukan di alam. Hampir semua alkaloid berada dalam tumbuhan dan terdapat pada semua jenis tanaman. Secara umum, alkaloid mengandung asam amino  seperti ornitin, lisin, fenilalanin, tirosin, serta triptofan. Alkaloid sendiri kerap digunakan sebagai bahan analgesik (pereda rasa nyeri), bahan anestesi dan sedasi, bahan antibakteri, serta sebagai pereda batuk atau antitusif (Hadi, Surya & Bremnner, J. B, 2001:177-129).
Selanjutnya adalah saponin. Menurut Ardian, (Denz:2012), saponin adalah senyawa berbentuk glikosida yang tersebar luas pada tumbuhan tingkat tinggi, namun dengan konsentrasi berbeda-beda pada bagian tertentu, tergantung dari varietas tanaman dan tahap pertumbuhan. Saponin bersifat racun bagi hewan kecil seperti ikan dan serangga, namun tidak begitu berpengaruh pada manusia. Bagi manusia, racun dari saponin bersifat antitiroid, yaitu zat yang bekerja menghambat kerja kelenjar tiroid dalam menghasilkan hormon. Namun, sifat toksik saponin pada manusia ini tidak berlangsung permanen dan terjadi secara selektif. Penelitian menunjukkan bahwa saponin dapat meningkatkan sistem imun, bersifat antioksidan, dapat mencegah kanker, anti virus, dapat menghambat pertumbuhan jamur, dan biasanya digunakan sebagai bahan antiseptik.
Kandungan biokimia pada daun kitolod berikutnya adalah flavonoid. Menurut Waji, R.A & Sugrani, Andis:2009, flavonoid adalah senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman berwarna hijau, kecuali alga. Senyawa ini dapat ditemukan pada batang, daun, bunga, dan buah tanaman. Manfaat flavonoid antara lain untuk melindungi struktur sel, meningkatkan efektifitas vitamin C, mencegah keropos tulang, sebagai zat anti inflamasi, antioksidan, antibiotik, dan sebagai pencegah kanker (zat antioksidan). Flavonoid sendiri dikatakan dapat mencegah terjadinya penyakit degeneratif (penyakit yang terjadi seiring berjalannya proses penuaan atau pertambahan usia) dengan cara mencegah terjadinya proses peroksidasi lemak dengan cara menangkap radikal bebas dan menghelat ion logam transisi.
Menurut Suprastiwi, Endang, polifenol adalah salah satu komponen bioaktif yang disebut katekin. Katekin sendiri adalah senyawa multifungsi yang bersifat antiinflamasi (mengurangi peradangan), anti-mutagenik, antioksidan, anti penggumpalan, anti virus, dan antibakteri. Polifenol dapat mengurangi penumpukan Low Density Lipid (LDL) dalam darah, serta mampu mencegah oksidasi dalam pembuluh darah yang menyebabkan pembekuan trombosit abnormal. Bahkan polifenol adalah antioksidan yang golongan bioflavonol yang memiliki kekuatan jauh lebih efektif dari vitamin C dan vitamin E.
Dari keseluruhan kandungan zat bioaktif yang terdapat pada tanaman kitolod, kurang lebih semuanya berfungsi sebagai bahan antiseptik, analgesik, antiinflamasi, antioksidan, dan antibakteri. Bersifat antiseptik, yaitu dapat menghilangkan kotoran seperti bakteri, virus, atau jamur yang melekat pada mata dan terkontaminasi melalui udara. Kotoran tersebut seringkali menghalangi penglihatan dan membuatnya menjadi tidak begitu jelas. Dengan adanya zat antiseptik, kotoran tersebut dapat luluh dan terbawa keluar dari mata bersama air mata, sehingga mata akan menjadi lebih higienis dan bersih. Pandanganpun bisa terlihat lebih jelas dan jernih.
Zat analgesik adalah zat yang berguna sebagai pereda rasa nyeri yang bersifat sedasi. Senyawa analgesik bekerja dengan cara memanipulasi atau mematirasakan syaraf yang terkait dengan penglihatan. Dengan demikian, bila diaplikasikan pada penderita glukoma, zat analgesik dapat memanipulasi syaraf optis yang berkaitan dengan pengelihatan dan langsung berkaitan menuju otak. Sifat senyawa ini bersifat sadatif atau menimbulkan ketergantungan bagi penggunanya. Hal ini terjadi karena adanya efek pereda nyeri yang tersedia, dan adanya efek sensasi nyaman yang diberikan senyawa ini.
Selanjutnya adalah senyawa antiinflamasi atau dikenal dengan senyawa anti peradangan atau anti iritasi. Senyawa ini bekerja dengan cara menghambat respon tubuh memberi sinyal perbaikan pada tubuh. Usaha perbaikan tubuh biasa diwujudkan dengan usaha menhilangkan penyebab iritasi atau membunuh organisme penyebabnya. Usaha inilah yang menimbulkan terjadinya peradangan atau pembengkakan. Senyawa antiinflamasi sendiri berguna untuk mengurangi atau mencegah terjadinya radang atau pembengkakan itu.
Senyawa antibakteri dalam kitolod sebenarnya bekerja hanya terhadap bakteri penyebab gangguan penglihatan. Senyawa antibakteri bekerja dengan cara mengisolasi bakteri penyebab gangguan penglihatan tertentu (secara spesifik). Seperti isolasi bakteri Stapylococcus hominis, yaitu bakteri peyebab penyakit konjungtivitis (peradangan pada selaput konjungtiva, selaput bening yang melapisi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata sehingga menyebabkan mata berwarna kemerahan). Selain itu senyawa antibakteria juga bekerja terhadap bakteri Staphylococci yellow, yaitu bakteri penyebab penyakit katarak. Hasil ekstrak seduhan daun kitolod memiliki aktivitas antibakteri yang lebih besar dibandingkan ekstrak refluks (hasil kondensasi tanpa mengurangi komponennya) daun kitolod itu sendiri.
Senyawa antioksidan bekerja sebagai penangkal radikal bebas di dalam tubuh. Yaitu dengan cara menghambat proses oksidasi yang terjadi dalam tubuh, baik yang disebabkan faktor eksternal maupun faktor internal. Faktor internal disini dimaksudkan sebagai penyakit yang ada dalam tubuh, atau hasil metabolisme tubuh yang tidak sempurna dan tersebar bebas di seluruh tubuh.

DAFTAR PUSTAKA 
Anonim. 2014. Pemanfaatan kitolod Isotoma longiflora. Online (http://suzysundari.blogspot.com/2014/02/pemanfaatan-kitolod-isotoma-longiflora.html diakses pada tanggal 18 April 2014)
Anonim. 2013. Tanaman kitolod Laurentia longiflora. Online. (http://pandenengahpurnawan.blogspot.com/2013/07/tanaman-kitolod-laurentia-longiflora-l.html diakses pada tanggal 18 April 2014)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar